1.
Manajemen karir adalah proses pengelolaan karir
pegawai yang meliputi tahapan kegiatan perencanaan karir, pengembangan dan
konseling karir, serta pengambilan keputusan karir. Manajemen karir melibatkan
semua pihak termasuk pegawai yang bersangkutan dengan unit tempat si pegawai
bekerja, dan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu manajemen karir
mencakup area kegiatan yang sangat luas. Dalam penulisan ini tahapan yang akan
dibahas adalah tentang perencanaan dan pengembangan karir.
Menurut
Simamora (2001 : 504) manajemen karir (career management) adalah proses
dimana organisasi memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para
pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.
Jalur
karir adalah pola urutan pekerjaan (Pattern of Work Sequence) yang harus
dilalui pegawai untuk mencapai suatu tujuan karir Manajemen karir adalah proses
yang dilakukan oleh organisasi untuk memilih, menilai, menugaskan, dan
mengembangkan para karyawannya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang
kompeten untuk memenuhi kebutuhan di masa depan.
Jalur
karier adalah garis kemajuan yang fleksibel yang secara khusus digunakan oleh
karyawan untuk melakukan perpindahan jabatan selama bekerja dengan suatu perusahaan
Terdapat
empat jalur karier yang biasa digunakan oleh organisasi, yaitu jalur karier
tradisional, jalur karier jaringan, jalur karier lateral, dan jalur karier
rangkap.
•
Jalur
karier tradisional adalah suatu tipe jalur karier di mana karyawan mengalami
kemajuan secara vertikal ke atas di dalam suatu organisasi dan suatu jabatan
tertentu ke jabatan berikutnya.
•
Jalur karier jaringan adalah jalur karier yang
meliputi urutan urutan (sekuensi) jabatan secara vertikal dan horizontal. Jalur
karier ini mengakui adanya saling pertukaran pengalaman pada level tertentu dan
kebutuhan pengalaman yang luas pada suatu level sebelum promosi ke level yang
lebih tinggi.
•
Jalur karier jaringan adalah jalur karier yang
meliputi urutan urutan (sekuensi) jabatan secara vertikal dan horizontal. Jalur
karier ini mengakui adanya saling pertukaran pengalaman pada level tertentu dan
kebutuhan pengalaman yang luas pada suatu level sebelum promosi ke level yang
lebih tinggi.
•
Jalur karier rangkap adalah jalur karir ganda yang
diberikan kepada seseorang karena pengetahuan teknisnya sebagai penghargaan
kepadanya. Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan berteknologi tinggi dan
karyawan tersebut tidak masuk dalam jajaran manajemen struktural (Syafrizal Helmi)
Konseling
karir menurut Drummond & Ryan ( 1995): Career conseling and
development are processes in which counseling activities, strategic and
interventtions are used to work with people who seek help ini making career
exploration, planning and transition decisions ……. in learning and working
process.
Drummond
& Ryan merumuskan konseling karir dan perkembangannya merupakan proses
dimana kegiatan, strategi dan intervensi digunakan untuk membantu konseli dalam
eksplorasi karir, perencanaan dan pengambilan keputusan karir dalam proses
belajar pada lingkup sekolah dan atau dalam proses kerja. Dari rumusan tersebut
terkandung makna bahwa fungsi konseling karir adalah memberikan layanan pada
para konseli dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan karir secara
berkesinambungan berfungsi dalam lingkup lembaga kerja bahkan tren terakhir
juga berfungsi pada lingkungan pasca kerja. Untuk menghadapi tren dan isu di
abad 21 ini menurut Ryan peran dan strategi konselor karir tidak hanya
berorientasi pada potensi konseli tetapi juga berorientasi pada kondisi globalisasi.(
http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
3&4 Perencanaan karir di tingkat organisasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut
:
a. Profil kebutuhan pegawai
b. Deskripsi jabatan/pekerjaan
c. Peta jalur karir
d. Mekanisme penilaian kinerja pegawai
Bagi pegawai, perencanaan karir
ditingkat organisasi tidak akan dianggap penting bila tidak ada sangkut pautnya
dengan karir si pegawai tersebut. Karena itu, perencenaan karir ditingkat
organisasi harus bisa “ diterjemahkan” menjadi perencanaan karir ditingkat
individu pegawai. Telah dijelaskan bahwa perjalanan karir seorang pegawai
dimulai sejak dia masuk kesebuah organisasi, dan berakhir ketika ia berhenti
bekerja diorganisasi itu. Dan hal ini berlaku bagi siapapun yang bekerja
diorganisasi tersebut, dari pegawai ditingkat yang paling rendah sampai ke
tingkat pimpinan yang paling tinggi. Pada dasarnya tujuan perencanaan karir
untuk seorang pegawai adalah mengetahui sedini mungkin prospek karir pegawai
tersebut dimasa depan, serta menetukan langkah-langkah yang perlu diambil agar
tujuan karir tersebut dapat dicapai secara efektif-efisien. Lima Syarat Utama yang harus di penuhi
agar proses perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Ke-lima syarat tersebut
yaitu :
a. Dialog
Urusan karir adalah urusan pegawai.
Karena itu perencanaan karir harus melibatkan pegawai. Pegawai harus diajak
berbicara, berdialog, bertanya jawab mengenai prospek mereka sendiri.
Ini kelihatannya mudah. Tetapi di
negara timur seperti Indonesia, karir jarang didialogkan denga pegawai. Pegawai
sering kali merasa malu dan risih jika diajak bicara tentang karir mereka
sendiri. Mereka takut dianggap terlalu memikirkan karir dan ambisius. Karena
itu, karir sering kali tabu dibicarakan.
Meskipun demikian dialog tentang
karir ini harus diusahakan terjadi antara organisasi (misalnya diwakili seorang
pimpinan) dengan pegawai. Melalui dialog inilah diharapkan timbul saling
pengertian antara pegawai dan organisasi tentang prospek masa depan si pegawai.
b. Bimbingan
Tidak semua pegawai memahami jalur
karir dan prospek karirnya sendiri. Karena itu, organisasi harus membuka
kesempatan untuk melakukan bimbingan karir terhadap pegawai. Melalui bimbingan
inilah pegawai dituntun untuk memahami berbagai informasi tentang karir mereka.
Misalnya, pegawai dibimbing untuk mengetahui tujuan karir yang dapat mereka
raih (jangka pendek atau jangka panjang), persyaratan untuk mencapai tujuan
karir tersebut, serta usaha-usaha apa yang harus dilakukan agar tujuan tersebut
dapat dicapai secara efisien.
c. Keterlibatan individual
Dalam rangka hubungan kerja yang
manusiawi (humanistic) pegawai tidak boleh dianggap sebagai sekrup dari sebuah
mesin bisnis yang besar, yang boleh diperlakukan semena- mena termasuk dalam
penentuan nasib karir mereka.
Setiap individu pegawai seharusnya
dilibatkan dalam proses perencanaan karir. Mereka harus diberi kesempatan
berbicara dan memberikan masukan dalam proses tersebut. Jika tidak maka perencanaan karir akan
berjalan timpang karena hanya dilihat dari sisi kepentingan organisasi belaka.
d. Umpan balik
Sebenarnya, proses pemberian umpan
balik selalu terjadi jika ada dialog. Tetapi dalam hal ini ingin ditegaskan
bahwa setiap pegawai mempunyai hak untuk mrngetahui setiap keputusan yang
berkenaan dengan karir mereka. Jika dipromosikan, mereka berhak tahu mengapa
mereka dipromosikan. Bila tidak terjadi perubahan karir dalam waktu yang cukup
lama, mereka juga berhak tahu mengapa hal ini terjadi. Pegawai berhak bertanya. Organisasi
berkewajiban menjawab pertanyaan tersebut.
e. Mekanisme perencanaan karir
Yang maksud di sini adalah tata cara
atau prosedur yang ditetapkan agar proses perencanaan karir dapat dilaksanakan
sebaik- baiknya. Dalam mekanisme perencanaan karir ini harus diusahakan agar empat hal di
atas (dialog, bimbingan, keterlibatan individual, dan umpan balik) dapat
terwadahi. Di samping itu, mekanisme seyogyanya dilengkapi dengan aturan atau
prosedur yang lebih rinci, formal, dan tertulis.
5. Faktor Yang Mempengaruhi
Pengembangan Karir
Kesuksesan proses pengembangan karir tidak hanya penting bagi organisasi
secara keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa hal atau faktor yang sering kali
amat berpengaruh terhadap manajemen karir adalah :
o Hubungan pegawai dan organisasi
o Personalitas pegawai
o Faktor-faktor eksternal
o Politicking dalam
organisasi
o System penghargaan
o Jumlah pegawai
o Ukuran organisasi
o Kultur organisasi
o Tipe manajemen
a.
Hubungan Pegawai dan
Organisasi
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi
berada dalam hubungan yang saling menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik
pegawai maupun organisasi dapat mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
Namun,
kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai sudah bekerja
baik, tetapi organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut dengan
penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan hubungan antara pegawai dan
organisasi ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir
pegawai. Misalnya saja, proses perencanaan karir pegawai akan tersendat karena
pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi dalam perencanaan karir tersebut.
Proses pengembangan karir pun akan terhambat sebab organisasi mungkin tidak
peduli dengan karir pegawai.
b. Personalia Pegawai
Kadangkala,
menajemen karir pegawai terganggu karena adanya pegawai yang mempunyai
personalitas yang menyimpang (terlalu emosional, apatis, terlalu ambisius,
curang, terlalu bebal, dan lain-lain). Pegawai yang apatis, misalnya, akan
sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri ternyata tidak perduli dengan
karirnya sendiri. Begitu pula dengan pegawai yang cenderung terlalu ambisius
dan curang. Pegawai ini mungkin akan memaksakan kehendaknya untuk mencapai
tujuan karir yang terdapat dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih
runyam dan tidak dapat dikontrol bila pegawai bersangkutan merasa kuat karena
alasan tertentu (punya koneksi dengan bos, mempunyai backing dari
orang-orang tertentu, dan sebagainya).
c. Faktor Eksternal
Acapkali
terjadi, semua aturan dalam manajemen karir di suatu organisasi menjadi kacau
lantaran ada intervensi dari pihak luar. Seorang pegawai yang mempromosikan ke
jabatan lebih tinggi, misalnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan karena ada
orang lain yang didrop dari luar organisasi. Terlepas dari masalah
apakah kejadian demikian ini boleh atau tidak, etis atau tidak etis, kejadian
semacam ini jelas mengacaukan menajemen karir yang telah dirancang oleh
organisasi.
d. Politicking Dalam
Organisasi
Manajemen karir pegawai akan tersendat dan bahkan mati bila faktor lain
seperti intrik-intrik, kasak-kasak, hubungan antar teman, nepotisme,
feodalisme, dan sebagainya, lebih dominan mempengaruhi karir seseorang dari
pada prestasi kerjanya. Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam
organisasi sudah demikian parah, maka manajemen karir hampir dipastikan akan
mati dengan sendirinya. Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa-basi. Dan
organisasi akan dipimpin oleh orang-orang yang pintar
dalam politicking tetapi rendah mutu profesionalitasnya.
e. Sistem Penghargaan
Sistem
manajemen (reward system) sangat mempengaruhi banyak hal, termasuk
manajemen karir pegawai. Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan
yang jelas (selain gaji dan insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya
secara subyektif. Pegawai yang berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai
malas. Saat ini, mulai banyak organisasi yang membuat sistem penghargaan yang
baik (misalnya dengan menggunakan sistem “kredit poin”) dengan harapan setiap
prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah
tertentu.
f. Jumlah Pegawai
Menurut
pengalaman dan logika akal sehat, semakin banyak pegawai maka semakin ketat
persaingan untuk menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil kesempatan
(kemungkinan) bagi seorang pegawai untuk meraih tujuan karir tertentu. Jumlah
pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir
yang ada. Jika
jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan mudah dikelola.
Jika jumlah pegawai banyak, maka manajemen karir menjadi rumit dan tidak mudah
dikelola.
g. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini
berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk
jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah personel pegawai yang diperlukan untuk
mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan tersebut. biasanya, semakin besar
organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan
untuk promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak.
h. Kultur Organisasi
Seperti sebuah sistem masyarakat,
organisasi pun mempunyai kultur dan kebiasaan-kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional,
obyektif, raasional, dan demokratis. Ada
juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang
cenderung menghargai prestasi kerja (sistem merit). Ada pula organisasi yang lebih menghargai
senioritas dari pada hal-hal lain.
Karena
itu, meskipun organisasi sudah memiliki sistem manajemen karir yang baik dan
mapan secara tertulis, tetapi pelaksanaannya masih sangat tergantung pada
kultur organisasi yang ada.
i.
Tipe Manajemen
Secara
teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam
impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari
manajemen di organisasi lain. Ada
manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak
demokratis. Ada
juga manajemen yang cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis.
Jika
manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai dalam hal
pembinaan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen
cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai
dalam pembinaan karir mereka juga cenderung besar.
Dengan
kata lain, karir seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor
internal di dalam dirinya (seperti motivasi untuk bekerja keras dan kemauan
untuk ingin maju), tetapi juga sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal
seperti manajemen. Banyak pegawai yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur,
terpaksa tidak berhasil meniti karir dengan baik, hanya karena pegawai ini
“terjebak” dalam sistem manajemen yang buruk.
6. Menurut
Simamora (2001 : 519), individu merencanakan karir guna meningkatkan status dan
kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan mempertahankan kemampupasaran
dalam pasar tenaga kerja yang berubah. Disisi lain, organisasi mendorong
manajemen karir individu karena ingin
- mengembangkan dan mempromosikan
karyawan dari dalam perusahaan;
- mengurangi kekurangan tenaga berbakat
yang dapat dipromosikan;
- menyatakan minat pada karyawan;
- meningkatkan produktivitas;
- mengurangi turnover karyawan;
- memungkinkan manajer untuk menyatakan
minat pribadi terhadap bawahannya;
- menciptakan cita rekrutmen yang
positif.
2. Secara luas, manajemen
karir meliputi seluruh kegiatan yang berkenaan dengan pekerjaan pegawai. Kegiatan
ini di mulai dari proses penarikan (rekrutmen) pegawai, penempatan pegawai,
pengembangan pegawai, dan berakhir pada pemberhentian pegawai. Walker (1980) misalnya,
membuat sederetan issue dalam manajemen karir. Ia mengkaitkannya dengan berbagai
kegiatan perencanaan ketenagakerjaan.
Manfaat mengikuti
kuliah ini adalah saya dapat mengerti apa yang menjadi tujuan saya bekerja,
menamabah wawasan tenatang bagaimana cara mengembangakan diri dalam dunia
pekerjaan karena sudah memiliki orientasi yang baik di dunia kerja serta apa
saja yang perlu saya lakuakan guna mengembangkan apa yang saya miliki saat ini
terutama karir saya di dunia perkerjaan, tak hanya itu saja saya juga dapat
mengerti bagaimana menyikapi situasi-situasi yang terjadi di dlam dunia kerja
sehingga dapt memiliki solusi atas permasalahan yang terjadi
Yang ingin saya
dapatkan adalah contoh dari praktisi yang sudah sukses dalam meniti karir nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar